Seperti senja yang dicari dan dielukan keindahannya di waktu sore. Direkam oleh beribu sepasang mata yang haus akan keindahan, dilukis oleh ribuan kata-kata sebagai penghias sebuah puisi. Seperti senja yang diingat ketika langit mulai redup dan matahari berjalan pulang.
Namun ketika malam merenggut semua warna, merenggut semua keindahannya, hingga semua menjadi sewarna, hitam pekat tak bersekat. Satu demi satu mata itu berpaling lalu pulang. Satu demi satu kata-kata itu hilang dan tak bermakna. Di sana senja itu hanyalah omong kosong yang ditinggalkan dan dilupakan.
Mungkin senja itu terlalu singkat untuk sekadar disimpan dalam ingatan. Atau memang sengaja melupa demi senja-senja berikutnya, demi keindahan-keindahan yang nantinya akan dinikmati oleh kehausannya lagi. Dan senja itu adalah aku.