Dengan taksi online, Refiga ditemani oleh Lupita mendatangi batalyon Raswan. Figa ingin mempertegas perpisahan Raswan dan istrinya sebelum para prajurit satgas itu sampai di batalyon.
“Emang nggak pa-pa, ya, kita masuk ke batalyon Mas Raswan?” tanya Lupi, ragu-ragu. Matanya menyorot keluar jendela mobil.
Sopir taksi online menunggu dengan bingung.
“Ini kita ke mana lagi, Mbak?” tanya sopir taksi.
“Tunggu dulu, ya, Mas,” sahut Figa dari belakang. Matanya sibuk mengawasi keadaan asrama dari depan jalan. Bingung juga kalau ditanya-tanya alasan dia ingin masuk ke dalam.
“Ga, intinya kamu mau bicara sama istri Mas Raswan kan? Memastikan mereka benar-benar berpisah nanti sepulang satgas.”
“Iyalah, Pi, tapi aku nggak tahu rumahnya yang mana?”
Lupita menjentikkan jari. “Aku ada ide!”
**
Dua wanita berpenampilan seronok nekat masuk ke asrama batalyon. Mereka mengaku teman arisan Bu Raswan sekaligus sales kosmetik. Prajurit jaga pun memberi alamat pasti rumah Raswan, tak curiga karena akhir-akhir ini Nena memang kerap membeli kosmetik secara online yang dititipkan penjagaan.
”Berhasil!” seru senang Lupita.
”Sstt! Jangan kelihatan heboh, nanti ketahuan!” sahut Figa.
Keduanya berjalan masuk ke dalam dan tak tahu kalau jarak gerbang depan ke rumah Raswan cukup jauh.
“Tahu gitu masuknya naik taksi aja tadi, Ga! Busyet ini jauh banget, betisku bisa berotot!” omel Lupita di jalan. Refiga diam saja, walaupun dalam hati juga mengeluh karena jalannya terlalu jauh.
”Duh, make up-ku bisa luntur!” gerutu keduanya.
**
Di rumah dinas Raswan, Nena sedang di belakang rumah mengurusi ayam-ayam kecilnya sebelum dipindahkan ke peternakan nantinya.
“Tante Raswan ngelamun aja!” hardik tetangga belakang rumah—Bu Rompis.
Nena tersenyum, menengadah wajah ke wanita bertubuh gemuk yang 11-12 dengan bobot tubuhnya yang dulu.
“Ngelihatin ayam-ayam, Bu, semoga sehat-sehat saja sampai siap diternak,” balas Nena.
Pandangan mata Bu Rompis mengiba. Sebagai tetangga yang cukup dekat dengan rumah Nena karena dapur mereka saling berseberangan, Bu Rompis tentunya dengar juga masalah keretakan hubungan Nena dan Raswan hingga sudah menjurus ke kata perpisahan, walau belum ada laporan dari batalyon karena tidak semudah itu pasangan abdi negara yang sudah menikah resmi dan kedinasan untuk berpisah.
“Yang sabar, ya, Tante Raswan.” Ibu tiga orang anak itu memberi semangat ke Nena. “Sudah tinggal menghitung hari nih om-om (prajurit satgas) pada pulang, Tante Raswan yakin sama keputusannya?”
“Harus yakin Bu Rom.” Nena menghela panjang.
“Lagian sudah ada calon Mas Raswan. Aku udah nggak bisa bertahan kalau sudah ada yang mengganti posisiku di hatinya.”
“O ya?!” Bu Rompis ikut geram. Paling benci dengan yang namanya pelakor.
“Jadi penasaran, wanita jalang yang ngegoda Om Raswan kayak apa sih bentukannya! Tante Raswan yang udah cantik begini aja masih dianggurin!”
Nena terkekeh. Pujian Bu Rompis dianggapnya hiburan untuknya.
“Eh, iya, tapi Om Raswan belum lihat ya perubahan Tante Raswan sekarang.”
“Apaan sih, Bu Rom, saya masih sama aja kok.”
Dari pintu dapur, Dafis muncul.
”Mama ada tamu!”
”Tamu? Siapa, Nak?”
Dafis menggeleng.
“Tapi pintunya belum Dafis buka, Ma, takut orang nggak dikenal.”
Jempol Nena terangkat. ”Pintar anak Mama.”
Ibu muda satu anak itu berdiri dari bangku kayu kecilnya untuk memastikan siapa yang menjadi tamunya siang ini.
**
KRI Teluk Gilimanuk ....
Smartphone satu-satunya dibolak-balik oleh Raswan, malas untuk melihat isinya karena tak ada sinyal sama sekali di tengah lautan.
“Sebentar lagi sampai, ya!”
Raswan menengok, Rudi—abang letingnya—yang berbicara.
“Masih lama, Bang, dua hari lagi,” balas Raswan.
Singgih, Yoyon, Irfan ikut berdiri di sebelah Raswan, melihat pemandangan laut dan laut saja sepanjang hari.
Rudi duduk selonjoran di dek, kebetulan Sandri datang dan membawa kopi, tetapi langsung diserobot oleh Rudi.
“Makasih, ya, San, kamu adek letingku yang paling baek!”
Sandri melongo menyaksikan detik-detik kopinya habis.
Gila Bang Rudi, kopi mendidih langsung ditelan, punya ilmu kebatinan kali ya! decak heran Sandri dalam hati.
“Pada enak-enak banget ya yang punya istri, pulang satgas pasti langsung tancap gas!” sahut Rudi, abang senior Raswan yang hobi ngebanyol.
“Lah, Bu Rudi bukannya ada, Bang?” celetuk Yoyon.
”Istriku lagi pulang kampung, Yon, jemput madu baru, hehehe.”
Keempat adik leting Rudi menoleh bersamaan.
“Beneran, Bang?” celetuk Singgih.
”Canda!” Rudi nyengir.
”Oh, dasar, Bang Rud!”
“Istriku pulang kampung, merana aku sampai batalyon plompang-plompong sendiri. Yang lain pasti masuk kamar, anaknya kon turu gasik, iyo tho?”
Singgih, Yoyon, dan Irfan sama-sama memasang tampang kecut.
“Bilang kayak gitu sama bujangan!” gerutu kecil Yoyon.
“O ya lupa aku, Yon, kalau kalian masih bujangan.” Rudi menengok ke Raswan. “Wah, Raswan tok ini nanti yang tancap gas!”
Raswan melengos malas. “Apaan sih, Bang!”
Rudi menyambung obrolan lagi. “Mau tahu siapa-siapa yang sukses tancap gas pas malam pulang satgas nanti?”
Ketiga adik letingnya Rudi ikut penasaran, kecuali Raswan.
“Cek aja yang rambut istrinya basah pagi-pagi, nah itu semalam pasti sukses perang gerilya! Hahaha!” lantang Rudi dan membuat prajurit yang ada di sekitarnya ikut tertawa. Raswan diam saja.
**
Di batalyon ....
Refiga dan Lupi mengetuk pintu rumah dinas sederhana bernuansa hijau, tak sabar ingin bertemu istrinya Raswan.
“Kamu nanti langsung ngaku kalau kamu pacarnya Mas Raswan, Ga?”
“Iyalah. Biar dia tahu plus tahu diri!” ketus Figa.
Lupi terkekeh. “Shock and langsung kena mental ntar istrinya Mas Raswan lihat penampilan kamu, Figa! Langsung minder dia!”
Refiga terkekeh juga. Setelah beberapa kali mengetuk, akhirnya pintu rumah dinas sederhana itu terbuka juga. Refiga dan Lupita berdiri tepat di depan pintu.
BERSAMBUNG
LANJUT ...? 😊
JANGAN LUPA
SUBSCRIBE
KOMEN
LOVE
❤️