"Kita mau ke mana nih? Bukannya mau ke kafe langganan?" tanya Rika saat Intan mengendarai mobilnya ke arah yang berbeda.
"Iya, kafe juga, tapi beda. Lihat aja nanti." Intan tersenyum misterius.
"Perutku jadi lapar karena marah-marah tadi. Andai ketemu perempuan itu lagi, akan kubejek-bejek dia." Rika mengusap perutnya. "Enaknya makan apa ya? Ayam geprek, bakso beranak, burger?"
"Yaah… katanya mau diet tapi masih ingat makanan terus." Intan geleng-geleng kepala. Mobil mereka pun memasuki sebuah kafe yang asing.
"Kafe baru ya, Tan? Enak-enak makanannya?" Rika terlihat antusias.
"Enak. Tenang aja…."
Kafenya tidak ramai, malah cenderung sepi. Hanya ada tiga pengunjung saat mereka datang. Total jadi lima dengan Rika dan Intan.
Rika cepat menyambar buku menu yang disodorkan oleh pramusaji. Matanya membelalak melihat menu-menu yang terpampang. Didominasi oleh sayuran, buah, dan oat. Apa pula ini?!
"Udah sini aku aja yang pesenin. Kakak tinggal makan saja," Intan menyebutkan menu-menu yang dipesannya, dan dengan cepat ditulis oleh pramusaji.
"Aku mau dessertnya juga ya!" teriak Rika. Dessertnya sudah pasti kue-kue manis. Sepertinya Rika tidak bisa lepas dari makanan manis.
"Iya, tenang aja."
Sambil menunggu pesanan, mereka mencari informasi soal wanita yang digandeng Toni tadi. Mula-mula mereka menelusuri media sosial Toni. Siapa tahu di sana ada interaksi yang mencurigakan.
"Kakak nggak pernah kepoin medsos Toni, ya?" tanya Intan, melihat Rika antusias menelusuri medsos Toni.
"Ngapain? Aku orangnya nggak mudah curiga."
"Kamu tuh terlalu naif dan polos, Kak." Intan geleng-geleng kepala.
Mereka belum menemukan apa-apa di linimasa Toni.
"Coba lihat di album fotonya. Siapa tau ada foto bersama wanita itu," ujar Intan. Terdengar suara ayam berkokok dari perut Rika. Intan tertawa mendengarnya. Segitu banyak lemak di tubuh Rika, kalau sudah lapar ya tetap saja lapar. Padahal seharusnya bisa menggunakan cadangan lemaknya.
Pramusaji datang membawakan makanan mereka. Rika terkejut melihatnya. Makanan apa itu? Kelihatannya sangat aneh!
Pengganti nasinya adalah biji Quinoa yang menyerupai seperti nasi. Lauknya adalah tuna kukus dan beberapa irisan sayur yang dimasak dengan garam himalaya. Saat Rika mencicipinya, rasanya tidak enak!
"Aku nggak bisa makan ini…." Rika mengeluh.
"Daripada nggak makan apa-apa. Ayo makan!" Intan mengunyah makanannya tanpa beban, karena ia memang sudah terbiasa memakan makanan untuk diet itu.
Pramusaji membawakan air mineral dan jus. Lagi-lagi Rika terkejut melihat jusnya, karena tidak seperti warna buah yang didominasi merah dan orange. Jus itu berwarna hijau!
"Ini jus kale dicampur sedikit nanas dan lemon." Intan menjawab pertanyaan Rika, sebelum ditanya.
Rika melongo. Ya ampun, jus sayuran! Bagaimana rasanya? Ia membayangkan ludahnya yang pahit dan perutnya yang mual.
"Cepat makan dulu!" Intan mendesak.
Rika pun terpaksa mengunyah makanan-makanan diet itu. Bagaimana dengan kuenya?
Pramusaji membawakan kue diet dari tepung khusus tanpa gluten dan gula. Untungnya, kali ini penampilan kue itu sama seperti kue-kue yang biasa Rika makan.
"Chef di sini jago masaknya. Meskipun kue diet, penampilannya tetap cantik kan?" Intan tersenyum. Tangannya sigap menghentikan tangan Rika yang hendak mengambil kuenya. "Kakak makan dulu nasinya!"
"Nasi? Ini bukan nasi!" Rika kesal.
"Ini dari gandum asli rendah karbo." Intan memaksa. Rika pun terpaksa mengunyah makanannya. Berhubung lapar, akhirnya habis juga.
Rika meminum jus kalenya. Ternyata lumayan juga di lidah. Masih ada rasa manis dari nanas.
"Buah nanas hanya dimasukkan sedikit sebagai pemanis. Yang utama itu sayurannya," Intan menjelaskan.
Usai makan, mereka kembali menelusuri album foto Toni dan akhirnya….!
"Ini dia fotonya!" Intan berteriak. Mereka berhasil menemukan foto Toni bersama wanita itu. Toni menyebutkan nama akun wanita itu di captionnya.
"Siapa dia? Kelihatannya mereka akrab sekali…." Rika sedih melihatnya. Jika benar Toni selingkuh, itu akan sangat melukai hatinya. Selama ini ia memberikan tempat tinggal untuk lelaki yang tidak mencintainya.
Belum ada titik terang tentang siapa wanita itu. Apakah sekadar teman atau teman dekat. Rika pun pulang ke rumah dan menemukan Toni sudah duduk menunggunya di sofa.
"Sayangku! Akhirnya kamu pulang juga!" Toni langsung berlari menyambut Rika, kemudian berjongkok di depan Rika. "Maafkan aku, Sayang…."
Kening Rika berkerut, heran. Maaf? Bukankah tadi Toni lebih memilih wanita itu?
"Aku kira kamu pulang ke rumah wanita itu," sungutnya.
"Buat apa? Dia bukan siapa-siapaku kok!"
"Lalu dia siapa? Kenapa tadi kamu membelanya? Dan bukan membelaku?" Rika melotot marah.
"Begini, sayang… maafkan karena aku tidak mengakuimu sebagai istriku. Itu karena terpaksa….." Toni menampakkan wajah sedihnya.
"Terpaksa? Kamu malu kan karena aku gendut?"
Toni menganggukkan kepalanya, "jadi aku membawa temanku saja supaya berpura-pura menjadi istriku. Tapi sungguh, dia bukan siapa-siapa kok."
Rika mengalami perdebatan batin. Di satu sisi, dia lega karena wanita itu bukan selingkuhan Toni. Di sisi lain, dia meragukan kejujuran Toni.
"Sayang, maafkan aku ya. Oya, tadi aku belikan pizza kesukaanmu yang topping dagingnya banyak. Yuk makan dulu keburu dingin," Toni menggandeng lengan Rika.
"Tidak! Aku masih marah ya! Teganya kamu tidak mengakuiku sebagai istri!" Rika bergegas masuk ke dalam kamarnya, mencoba mengabaikan godaan pizza dari Toni.
"Siapa wanita itu? Aku harus menyelidikinya lagi. Teganya dia malu membawaku ke luar, tapi masih memberiku pizza!" Rika bertanya-tanya dari balik pintu kamarnya. "Kalau benar mereka merencanakan sesuatu di belakangku, akan kubuat mereka menyesal."
*Jangan lupa subscribe supaya author semangat menulis bab selanjutnya yaaa.