Dulu, sewaktu masih usia 5 tahunan bapak sudah ngenalin saya sama mesin tik dan buku.
Setiap jam 5 sore bapak sudah dapat dipastikan nongkrong di depan rumah sambil nyeruput teh tubruk ditemani buku-bukunya.
Pernah juga ketika beliau beresin skripsinya, saya nyuri-nyuri mainin mesin tik kayak orang dewasa. Bunyinya khas mesin tik yang ngebut seolah sedang nge-tix cepat. Hahaha. Hasilnya, huruf yang nggak beraturan.
Mungkin dari dua hal ini lah akhirnya saya cinta sama buku dan nulis. Dan sampai sekarang bapak masih ngelahap buku-buku sambil tiduran di kursi panjang.
Ngobrolin baca buku, tokoh-tokoh dunia, mereka melakukannya. Iya, sengaja melakukan. Baca buku bagi mereka udah kayak makan harian. Misal:
- Operah Winfrey 1 minggu satu buku.
- Bill Gates, 1 bulan 50 buku.
- Elon Musk pendiri Tesla sehari 10 jam untuk baca buku.
- Phil Knight pemilik Nike bahkan sampai punya perpustakaan rahasia.
- Ir. Soekarno di toilet disimpan buku, di mobil disimpan buku, di tas ada buku juga.
Nah, jadi memang sudah jadi kebiasaan tokoh-tokoh besar untuk baca buku.
Mas Ippho bahkan ketika saya tanya, beliau baca sampai ke jurnal-jurnal riset untuk memperkuat tulisan-tulisannya yang selalu nampol.
- Coba tanya kang Dewa, sebulan berapa buku yang dibaca?
- Coba tanya mba Asma sebulan berapa buku?
- Tanya juga Tere Liye, Ahmad Fuadi dan tokoh-tokoh lainnya.
Sudah dipastikan mereka melahap berbagai macam buku. Kang mas Dewa bahkan sampai ke buku-buku impor yang masih bahasa Inggris. Kerennn.
Artinya apa? Artinya kalau mau kayak mereka, ya baca buku.
Apalagi kita yang mendeklarasikan sebagai penulis. Nggak baca buku? Yowis mending nggak usah jadi penulis. Kenapa? Nulis identik dengan riset, dengan literatur-literatur. Habis itu disajikan ke tulisan yang menarik. Jadi mestinya harus lebih kenceng baca bukunya.
"Baca buku itu nggak mudah kang. Apalagi yang berat-berat. Yang ringan aja langsung ngantuk."
Banyak teknik supaya baca buku menyenangkan.
Bisa dari yang paling ringan dulu, yang paling disukai dulu sampai lanjut ke buku-buku yang berat.
Atau pakai tekniknya Benjamin Franklin. Dia bikin semacam "Aturan 5 Jam dalam 5 hari".
Artinya kita cukup menyediakan satu jam saja untuk baca buku. Sesimpel itu. Coba praktikan dan konsistenkan. Saya sendiri lagi nyoba upgrade baca minimal 2 jam baca buku sehari.
Mudah-mudahan nggak tergoda buka sosmed.
Jadi kepikiran bikin kelompok baca. Hehehe. Kayaknya seru ya.
Nanti deh, dipikirin. Kali aja bisa diaplikasikan.
Semoga bermanfaat ya.
Sekian,
Tendi Murti