Sopir bernama Raka
Tanah pemakaman di depannya masih basah, ketika Harum datang memeluk seorang wanita setengah baya dengan jilbab hitam. " ikut berduka cita ya, Budhe..." bisik Harum.

Wanita dalam pelukannya itu mengangguk lemah."Terima kasih, Mba Harum..." Bisiknya. Kelopak matanya bengkak, dan terus meneteskan air mata.

Harum diam memeluk. Dia tidak ingin berkata apa-apa, karena rasa duka tidak butuh penghiburan kata-kata klise. Ikhlas pun butuh proses yang panjang, pelukan adalah hal terbaik bagi Budhe saat ini 

Budhe, istri dari alm Hartono,supir keluarga di rumah Harum yang sudah bekerja sejak Harum masih SD hingga dirinya sudah bekerja. Hartono yang biasa Harum panggil 'Pakde' meninggal karena kecelakaan lalulintas saat mengantar Papa ke Bandung berapa hari lalu.

Mungkin takdir Tuhan, Papa hanya luka ringan, tapi Pakde Hartono meninggal di tempat. Kepalanya mengalami pendarahan di dalam. Sungguh duka yang dalam buat keluarga Pakde, terutama istri dan anak-anaknya.

Sebagai rasa tanggungjawab, Papa menarik salah satu keluarga Pakde untuk menggantikan posisi Pakde. Kebetulan Pakde memiliki putra bungsu yang belum bekerja, usianya tidak terpaut jauh dari Harum. Mungkin sekitar 26 tahun, namanya Raka.

Raka meneruskan STM di Tegal, kampung halaman Pakde, sehingga Harum tidak terlalu mengenalnya. Raka dipekerjakan sebagai sopir pribadi yang bertugas mengantar - jemput Harum yang bekerja di sebuah bank swasta, karena setelah mengalami kecelakaan Papa memutuskan untuk pensiun lebih cepat agar bisa fokus memulihkan diri dan traumanya.
...
"Kopernya biar langsung saya antarkan sampai ruangan Mba Harum, ya?" tawar Raka ketika pertama kali mengantar Harum ke kantor, kebetulan Harum membawa beberapa barang keperluan kantor.

Harum mengangguk. Diperhatikan tubuh menjulang laki-laki itu. Raka mengenakan kemeja biru lengan panjang yang digulung sebatas siku, memperlihatkan lengannya yang kecokelatan dan berotot.

Astaga! Harum pun melengos, melangkah dengan cepat mengikuti Raka yang berjalan di depannya.

Raka tidak bertanya lebih dahulu, di mana ruangan Harum. Tapi laki-laki itu  langsung bergegas membawa koper Harum, dan bertanya pada satpam untuk mengetahui ruangan Harum. Sehingga begitu Harum sampai ruangannya, Raka sudah keluar untuk pamit.

Kerja yang cukup cerdas, dan cepat, batin Harum.

"Rum, siapa? Calonmu?" tanya salah seorang rekan kantornya, Tiara yang cukup.akrab dengannya.

"WHATS?!"