Untuk sesaat aku terdiam. Keadaannya membingungkan. Bagaimana mungkin masuk ruangan dengan tuan tersebut. Apa nanti kata orang di dalam sana?
"Kenapa diam? Waktu kita tak banyak, sebentar lagi pesta usai!" terang pria yang sepanjang rahang ke dagu dihiasi bulu halus itu. Sementara di bawah hidung seperti ada kumis yang telah dicukur hingga amat tipis. Tampilan begitu mengesankan kemachoan seorang pria dewasa. Sangat keren, tidak klimis, tak juga brewokan.
Berbeda dengan tuan muda Samuel. Pria itu lebih memilih tampilan wajah klimis nan glowing. Gayanya cenderung pada artis Korea yang sedang booming itu. Pokoknya tampan hampir-hampir cantik.
Aih, Mutia kenapa jadi detil memerhatikan para pria? Ingat, loh mereka itu para sultan. Dengan kamu laksana bumi dan planet pluto. Jauh!
"Astagfirullah!"
Haduh, hampir saja jantungku copot. Ternyata lelaki itu sekarang berjarak sangat dekat denganku. Kira-kira seperempat meter. Wangi tubuhnya 'kan jadi masuk ke lubang hidung. Ehm, enak banget harumnya.
"Apa mau kugandeng?"
Itu pertanyaan yang menyerupai gertakan. Jelas saja aku membalas cepat. Sambil menggoyangkan dua telapak tangan, aku berkata, "Tidak usah, Tuan. Saya berjalan sendiri saja!"
Setelah aku berkata begitu, ia membalikkan badan. Lalu mendahuluiku melangkah.
Karena tak ada pilihan lain, aku mengikutinya dari belakang. Akan tetapi ia melambatkan langkah hingga akhirnya kami jalan beriringan. Ini seperti yang terjadi antara aku dan tuan Sam.
Eh, mengapa pria itu tidak masuk ke pintu samping ruangan. Ia malah meneruskan langkah di lorong gedung menuju area depan. Apakah mau masuk ke pintu samping panggung? Gawat, nanti aku bakal terlihat orang-orang yang ada di bagian depan. Itu'kan tempatnya jajaran atas. Aduh, bagaimana ini?
"Maaf, aku lewat samping saja. Jika Anda mau ke depan, silakan!" ucapku sambil menghentikan ayunan kaki.
Pria itu pun menghentikan gerakan sepatu pantopelnya. Ia lantas mengarahkan tatapannya padaku. Duh, aku jadi tak nyaman sebab khawatir orang ini marah.
"Kamu salah satu pemenamg hadiah, jadi tak masalah lewat pintu depan. Jangan lagi menghambat perjalanan, ayo!" perintahnya dengan nada yang tak berani lagi kubantah. Hanya saja selama berjalan, di kepalaku terus berdesakan pertanyaan, hadiah apa? Mengapa aku yang dapat hadiah? Bukannya aku menghilang cukup lama hingga tak ikut acara, mana mungkin dapat hadiah?
Ah, mungkin saja itu hanya alasan saja agar aku mau ikut dengannya. Eh, tapi untuk apa juga pria itu membut-buat alasan. Lagipula sepertinya dia bukan pembohong.
Kini, kami tiba di bibir pintu samping yang menghubungkan lorong dan area panggung. Di sana sudah menyambut kami lelaki yang tadi menyerahkan gaun ini padaku. Ia terlihat bicara pelan dengan tuannya, lantas masuk duluan.
Aku tak berani bertanya kenapa kami belum masuk. Malah berdiri di bibir pintu. Lagipula ekspresi pria itu tak nyaman disapa. Aku takut tiba-tiba dimarahi sebab menganggu ketenangan tuan datar tersebut.
Semenit kemudian, aku mendengar suara host memanggi nama kami berdua. Dari sini suara itu jelas sekali masuk ke dalam indera pendengaran. Jadi, telingaku tak mungkin salah menangkap maksud ucapannya.
"Tenanglah, berdiri saja di dekatku. Kalau nanti ditanya mengapa bisa sampai bersama, bilang saat sedang di balkon memandang bintang, aku menemukanmu."
Aku hanya mengangguk untuk merespon ucapannya. Bertanya atau membantah tak ada guna juga. Orang itu pasti takkan menjawab atau menuruti permintaanku.
Jantung ini langsung kuat degupannya kala pria itu memerintahkanku mengikutinya masuk. Kaki yang tiba-tiba gemetar ini terpaksa kuayunkan hingga berjalan beriringan kembali.
Aduh, aku sampai tahan napas saat pelan tapi pasti kami memasuki area keramaian.. Mata ini sampai tak berani menyapu sekeliling ruangan yang kini menjadi riuh. Pastilah heboh sebab orang yang dinyatakan hilang datang bersama tuan besar Morgan Aleando.
Mengapa keadaannya seperti kisah Cinderella yang pernah******dulu. Upik abu datang ke sebuah pesta dan berdansa dengan pangeran. Ia menjadi sorotan seluruh undangan di kerajaan saat itu. Bedanya aku tidak dansa, hanya datang bersama pangeran Morgan.
Bagaimana reaksi tante Selvi dan duo saudaraku nanti. Sepertinya mereka akam semakin iri. Semoga saja tak ada sikap lebih buruk setelah ini.
Dan, celaka! Saat naik panggung, kaki yang gemetar ini terpeleset. Huaaa, apakah akan jatuh? Ternyata, tidak. Satu tangan besar telah lebih dulu menangkap jari ini hingga keadaan tubuh seimbang.
Akibat aksi mau jatuh itu, jariku terus digenggam hingga kami ada di atas panggung. Setelah aku menggerak-gerakkan tangan barulah dilepaskan.
"Wow, luar biasa, ternyata yang berhasil menemukan nona Mutia Sukmawijaya adalah tuan Morgan Aleando! Tepuk tangan yang meriah sekali lagi untuk peristiwa spektakuler ini!"
Gemuruh tepuk tangan membahana di ruangan. Kali ini bukan hanya wajahku yang panas, tubuh pun sudah seperti terpapar terik mentari di siang bolong. Padahal tempat ini full AC.
Dari tengkuk terasa mengalir keringat menuju punggung. Begitu juga di area dahi dan wajah. Telapak tangan jangan ditanya, sudah sejak tadi basah.
"Dipersilakan kepada tuan Samuel Kim untuk menyerahkan hadiah dooprize pada pemenang ketiga, yaitu nona Mutia Sukmawijaya!"
Hah! Mulutku sampai mangap mendengar informasi barusan. Tuan Sam mau kasih hadiah? Duh, malunya jadi berlipat-lipat begini.
Sepertinya pengundian door prize sudah dilakukan saat aku menghilang. Sekarang tinggal pemberian hadiahnya.
Tuan Samuel sekarang sudah ada di panggung. Pria yang sempat akrab ini langsung menyerahkan sebuah bingkisan.
"Selamat, ya!" ucapnya singkat.
"Iya, Tuan Sam. Terima kasih!" jawabku kikuk. Mengapa aku merasa lelaki muda ini berbeda sikap. Saat di balkon ia sangat ramah, tapi sekarang seperti datar dan jutek. Apa harus begitu performa seorang sultan di depan publik. Agar terhindar gosip mungkin.
Host meminta aku, tuan Morgan dan tuan Sam foto bersama. Mimpi apa semalam coba sampai diapit dua lelaki keren ini.
Selepas ini, kami dipersilakan turun panggung. Eh, ternyata tuan Morgan masih juga mengiringiku. Ia bahkan tak membiarkanku pergi dari sisinya.
Yang terjadi saat ini, aku jadi diajak berbaur dengan tamu kalangan atas. Ya, ampun bagaimana menghadapi nyonya-nyonya yang perhiasannya menyilaukan mata itu. Bahkan, menatap mata mereka saja aku takut.
"Bersikaplah tenang, berdiri saja di sampingku. Sesekali anggukan kepala dan tersenyumlah pada orang-orang di sekitarmu. Mulai sekarang biasakanlah dirimu bergaul dengan nyonya-nyonya sosialita itu," bisik pria yang ada di sisiku.
Eh, apa maksud ucapan tuan Morgan barusan?
*
Yang mau next hari ini, mana suaranyaaa?
Eh, kayaknya banyak yang belum subscribe, nih! Soalnya yang baca 3700, eh subscribe cuma 605, pada kemane, nih jempolnya? Subscribe dulu ya, Say sebelum lanjut bacanya. 'Kan otor mangkin semanget jadinya!
Jngan lupa juga mampir ke cerbung ketceh ini!
*SUAMI PENDUSTA *BANGKRUT SAAT SELINGKUH *TERLANJUR NYAMAN *ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT *CINTA SANG PILOT *STRONGER WITH YOU *CALON MANTU KYAI *LOVE YOU FISABILILLAH *DUDA MENTERENG *SENTUHAN SATU MALAM *DIMADU PASCA MELAHIRKAN *PENGANTIN BELIA *GADIS BELIA DAN BAYINYA *BOS KILLER *SELEPAS TALAK TIGA *PEMBUNUH SUAMIKU *BELAHAN JIWA SALSABILA