Suamiku yang selingkuh, Mertuaku yang mengamuk.
Bab 5
Aku dan Anisa, segera menghampiri Ibu yang terlihat sedih dan kecewa, kecewa karena perlakuan Adit yang bersikap kasar kepadanya.
"Nisa, ajak ibu masuk kedalam" titah kak Romi, putra pertamanya ibu mertuaku.
"Baik, Kak" ujar Nisa seraya menganggukan kepalanya. Sementara kak Romi masih berdiri di depan pagar, sepertinya dia sedang menunggu seseorang. Biarlah, pikirku, kan ada Mbak Zahra yang menemaninya, wanita cantik yang dinikahi kak Romi lima tahun yang lalu.
Aku dan Anisa, segera mengajak ibu masuk kedalam, membantunya untuk duduk di sofa, sepertinya ibu kelelahan karena meluapkan emosinya pada Mas Adit.
"Salah apa aku, sampai melahirkan anak seperti Adit" ujar ibu seraya menepuk-nepuk dadanya.
"Ibu nggak salah apa-apa, Bu, Mas Aditnya aja yang keterlaluan" ucapku berusaha menenangkan ibu.
"Benar apa yang dikatakan mbak Wulan, Bu, kak Aditnya aja yang tidak tahu diri, sampai berani mau memukul Ibu" timpal Anisa membuat kedua mataku melebar.
Mas Adit tega bersikap kasar pada Ibu?, Lalu dimana Bapak, kenapa tidak ada di ruangan ini?
Sebenarnya apa yang telah terjadi, disaat aku tidak sadarkan diri? Sepertinya aku harus bertanya pada Anisa.
"Nisa, sebenarnya apa yang terjadi sama Ibu dan Mas Adit, kenapa Mas Adit ingin memukul ibu?"
"Karena Ibu mengatai wanita itu pela**r, Mbak, Kak Adit tidak terima wanita itu dihina, untung Kak Dimas datang tepat waktu, jadi kak Adit di hajar habis-habisan"
"Kak Dimas, tapi Mbak belum melihatnya dari tadi"
"Kak Dimas mengejar preman yang dibawa kak Adit dan selingkuhannya itu, Mbak"
"Mengejar preman, preman yang memukul Nisa dari belakang, tadi?"
"Iya Mbak, tapi tidak terkejar, lalu Ibu meminta kak Dimas untuk pergi kerumah yang mbak dan kak Adit tinggali"
"Untuk apa?" tanyaku penasaran.
"Untuk mengamankan surat-surat berharga serta mengganti kunci rumah itu, ibu khawatir Kak Adit akan membawa selingkuhannya ke rumah itu"
"Wulan, kamu akan tetap tinggal bersama ibu kan, kamu tidak akan pergi dari sini dan meninggalkan ibu kan, ibu mohon jangan pergi ya Nak?" ucap ibu mertuaku seolah memohon.
"Benar Nak, Bapak juga mohon, tetaplah tinggal disini bersama kami, anggaplah kami ini orang tua kandungmu, dan Anisa sebagai adikmu" ucap bapak yang tiba-tiba muncul.
"Kamu dari mana, Mas?" tanya ibu setelah kehadiran bapak.
"Tadi bapak menelepon seseorang, memintanya untuk menyelidiki siapa Henny sebenarnya, bapak merasa, perubahan sikap Adit ada hubungannya dengan perempuan itu"
"Ibu juga tidak menyangka Pak, kenapa Adit berubah seperti itu, salah apa kita hingga memiliki anak durhaka seperti dia" ujar ibu seraya memijit pelipisnya.
"Bu, Pak, Dea sudah siapkan teh hangat untuk semuanya" ujar Mbak Dea yang tiba-tiba muncul sambil membawa nampan, yang berisi satu buah teko besar dan beberapa gelas kecil.
"Terima kasih ya, Nak, kamu memang menantu yang baik" puji ibu sambil tersenyum.
"Terima kasih ya Mbak" ucapku mengikuti perkataan ibu yang dijawab Mbak Dea dengan anggukan.
Tiba-tiba kak Dimas masuk dengan langkah terburu-buru, pria itu langsung menghampiri Bapak, ada raut kecemasan yang terpancar dari wajahnya. Diikuti dengan kehadiran kak Romi dan Mbak Zahra.
"Pak, Dimas tahu siapa dalang dibalik kejadian ini" ucapnya dengan nafas memburu.
"Kamu kenapa, Nak, kok wajahmu terlihat pucat begitu? Dea, berikan suamimu teh hangat biar dia sedikit tenang"
Mbak Dea pun segera melaksanakan perintah ibu, menyuguhkan teh hangat untuk kak Dimas.
Pria itupun langsung meminumnya hingga tandas.
"Katakan pada Bapak, siapa dalang yang membuat Adit berubah seperti itu?"
"Om Gunawan, Pak, dialah yang menyusun rencana untuk menghancurkan keluarga kita"
"Gunawan?, ya Tuhan, kenapa lelaki baji**an itu muncul lagi, apa penjara tidak membuatnya jera?" ucap ibu yang membuat kami semua berpaling kearahnya.
"Om Gunawan pernah masuk penjara?" ucap Kak Dimas tidak percaya.
"Dia juga pernah menghancurkan kebahagiaan ibu dan bapak, Nak, dia......mantan suami pertama ibu" ucap ibu sambil menundukkan pandangannya. Tentu saja, kami semua terkejut mendengarnya, kecuali bapak.
"Sepertinya kita harus menceritakan kejadian itu pada anak-anak, Bu, apalagi sekarang mereka sudah dewasa, anak-anak berhak tahu kejadian sebenarnya" ucap bapak dengan nada berwibawa, dan ibu menyetujui ucapan bapak.
Bapakpun mulai menceritakan, awal kejadian hingga komplik ini muncul. Ternyata om Gunawan itu pernah menikahi ibu, namun pernikahan yang dijalani ibu dan Om Gunawan bukan pernikahan yang sehat, om Gunawan acap kali bersikap kasar pada ibu, menguras semua harta yang dimiliki ibu hingga ingin menjual ibu pada lelaki hidung belang demi memenuhi keinginannya yang ingin hidup senang. Bukan itu saja, om Gunawan pun terang-terangan membawa wanita lain kehadapan ibu lalu diajak tinggal bersama.
Sungguh laki-laki tidak berperikemanusiaan, teganya menjual istri demi kesenangan sesaat, namun ibu beruntung bertemu bapak, bapak lah yang menolong ibu untuk bisa lepas dari lelaki baji**an seperti itu, singkat cerita bapak dan ibupun saling jatuh cinta lalu memutuskan untuk menikah. Namun kebahagiaan bapak cuma sebentar, karena om Gunawan muncul lagi dengan membawa wanita dari masa lalu bapak, wanita itu adalah mantan istri bapak. Ternyata status bapak dan ibu waktu itu, Duda ketemu Janda.
"Untuk apa om Gunawan membawa mantan istri bapak?" tanya Kak Romi penasaran yang membuat kami semuapun ikut penasaran.
"Untuk membuat ibu cemburu" kini ibu yang melanjutkan cerita.
"Dia sengaja membawa Fatma untuk bertemu kami, supaya Fatma minta rujuk sama Bapak, tapi bapak menolaknya dengan tegas"
"Kok ada ya manusia seperti om Gunawan, Bu" celetuk Nisa yang langsung di tanggapi ibu dengan senyuman.
"Mungkin ini ujian dari Tuhan, dengan adanya orang seperti Gunawan, ibu jadi yakin kalau pria setia itu ada, contohnya bapak kalian" ujar ibu membuat bapak tersipu malu.
"Cie....cie...cie, yang lagi bernostalgia" ledek kami bersamaan.
Rasanya senang sekali melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah ibu dan bapak.
Aku mendadak sedih, ternyata nasib pernikahanku sama dengan pernikahan pertama ibu, harus berakhir menyakitkan, Namun ibu masih beruntung, karena pernikahan keduanya berakhir bahagia, sementara aku, aku belum bisa memikirkannya untuk saat ini, belum merencanakan, masa depan seperti apa yang ingin kujalani.
"Jika om Gunawan ingin tante Fatma kembali pada bapak, kenapa sekarang, justru om Gunawan yang menikahi tante Fatma, apa dia ingin balas dendam?" tanya Zahra membuat bapak menarik nafasnya dalam-dalam.
"Karena Fatma, memiliki kekayaan" ucap bapak yang di angguki ibu.
"Dia sengaja, pura-pura mengajak Fatma untuk rujuk sama bapak, padahal ot**nya sudah menyusun rencana busuk, menghancurkan kehidupan bapak dan bapak"
"Namun rencana itu gagal, makanya sekarang dia memanfaatkan Adit?" ucap kak Dimas yang langsung kami setujui.
"Dasar anak tidak tahu diri, menyesal ibu melahirkannya, kalau tahu besarnya seperti ini, sudah ibu buang dia ke sungai" ucap ibu mendadak sedih, teringat anak lelakinya yang zdolim.
"Mungkin ini juga ujian buat kita, Bu, bukankah dengan begini keluarga kita semakin erat, hubungannya?" ucap bapak berupaya menghibur ibu.
"Tetapi kenapa harus Adit, Pak? Kasihan Wulan, Wulan kan lagi mengandung anaknya"
"Wulan nggak papa kok, Bu, Wulan akan jalani ujian ini dengan ikhlas"
"Tapi kamu janji ya, tetap menjadi bagian dari keluarga kami, meskipun Adit telah menceraikanmu, kan ada anak dalam kandunganmu itu, sebagai penghubung, kalau kita masih terikat satu keluarga"
"Tapi Wulan takut dengan tanggapan orang, Bu, takut Mereka berpikir, kalau Wulan menggunakan bayi dalam kandungan Wulan, untuk bertahan di rumah ini demi hidup mewah"
"kamu tidak usah memikirkan tanggapan orang, biarkan saja mereka berkomentar apa, toh kita tidak minta biaya hidup pada mereka"
"Nisa setuju dengan ucapan ibu, Mbak"
"Iya, Lan, sebaiknya kau tinggal disini saja, dengan begitu kami bisa mengawasi pertumbuhan janinmu" timpal Mbak Zahra.
Aku sebenarnya senang, karena ibu mengajakku untuk tinggal bersamanya, tapi aku takut dengan reaksi Mas Adit, jika tahu aku masih disini. Karena tadi, aku sempat mendengar ucapannya yang bernada mengancam, jika aku masih di sini dia akan membuat perhitungan pada keluarganya.
"Kamu tidak usah pikirkan ancaman Adit tadi, aku sudah mengurusnya" ucap Mbak Zahra seolah mengerti apa yang aku pikirkan.
"Adit tadi mengancam mu, Nak? Benar-benar keterlaluan Dia, Istri lagi hamil, bukannya dikasih perhatian, malah dibuat ketakutan, emangnya apa ancamannya" ucap ibu sambil bertanya pada Mbak Zahra.
Aku sengaja melihat wajah Mbak Zahra, berharap dia mengerti arti tatapanku, agar tidak mengatakan apapun, Namun ternyata Sia-sia.
"Adit mengancam, akan melaporkan kita semua pada Polisi dengan kasus penganiayaan dan pengeroyokan, Bu" ucap Mbak Zahra akhirnya.
"Dasar anak Set*n, beraninya dia mengadu ke Polisi, kita inikan keluarganya"
****
Wow.... Adit mau melaporkan keluarganya ke Polisi?
Lalu tindakan apa yang akan diambil Bu Ningrum (ibu kandung Romi, Dimas, Adit dan Anisa) untuk memberi pelajaran pada putranya?
Ikuti terus perjalanan Wulan dan Bu Ningrum menghadapi pengkhianat dan Penggoda.
Salam dari orang medan 🤗