"Dasar anak durhaka!"
"Bener-bener kamu ini, anak nggak tau terima kasih!"
"Kamu nggak bakal ada di dunia ini kalau bukan karena ibumu!"
"Kok bisa kamu bersikap seperti gini pada wanita yang ada surga di telapak kakinya? Miris!"
Bukan sekali dua kali ucapan sengit itu dilontarkan oleh sanak saudara atau tetangga pada Medina, gadis yang tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak pulang menemui sang ibu yang tengah sekarat.
Bahkan sesepuh kampung rela datang jauh-jauh menemui gadis itu untuk membujuknya. "Maafkanlah jika memang beliau ada salah di masa lalunya, Nak. Pulanglah sebentar, Medina. Temui ibumu."
Pulang? Ah, Medina sudah menghapus kata itu dari kamus hidupnya. Tepatnya, sejak beberapa tahun lalu ketika ia meninggalkan kampung halaman sang ibu.
Satu balasan Medina utarakan pada mereka selalu yang mencapnya durhaka, "Aku tidak akan pulang. Aku pergi, bukan untuk kembali!"