no_image
Sinopsis

Telah ku baktikan hidupku untuk sang Papa dan terus mengalah demi kebahagiaan mereka. berkelana nun jauh ke neheri antah barantah dari kota ke kota dari rumah ke rumah demi menghindari masalah yang kerap timbul dalam ranah rumah tangga Papa dan istri keduanya. yang konon katanya karena aku si anak tiri.

"Risa kamu tau nggak semua gara-gara kamu." sungut ibu lena mama tiriku suatu hari.
"kamu selalu jadi biang kerusuhan di antara kami. kamu sesalu menjadi pemicu kami untuk memulai pertengkaran. Dasar anak pembawa sial " sambungnya kemudian.

Aku hanya terdiammendengar semua ucapan itu. kala itu usiaku baru menginjak 9 tahun. bayangkan saja di usiaku yang masih sangat belia harus menerima ucapan-ucapan yang masih belum mampu di cerna oleh anak seusiaku saat itu.

sejak saat itu aku berjanji dan bertekad akan tetap mengurus diriku sendiri tanpa harus mrmbebani mereka. hingga saat ini dan entah mengapa mereka kembali memberi harapan yang lama ku impikan yaitu pulang.

tapi justru saat aku pulang kekecewaan yang lebib menyakitkan harus ku telan mentah-mentah. saat diriku telah membina sebuah rumah tangga.

justru rasa sakit yang ku terima lebih dari mengerikan.

"Anak kurang ajat"
"tidak tau di untung"
"tidak tau terima kasih"

kata-kata itu menyayat relung kalbu ku. bagaimana tidak dua yang sangat ku sayangi papa dan mama tiri yang telah ku anggap sebagai ibu kandung tega menyakitiku bukan hanya dengan kata. tapi demgan pukulan yang membuat ku cedera dan harus di rawat di rumah sakit selama berbulan-bulan. koma antara hidup dan mati.

tak sampai di situ madalah rumah tanggaku, meftuaku turut mewarnai kisah pedih perjalanan hidupku.

"Ya Allah segini kuat kah hambamu sehingga kau limpahkan cobaan bertubi-tubi. sakitnya tiada tara ya Allah kuatkan aku. kuatkanlah jiwa dan ragaku." ucapku lirih sambil menengadahkan wajahku ke langit yang di guyur hujan deras menerpa bumi. hatiku sakit tercabik-cabik.

kesakitan tentang penganiayaan dari kedua orang tuaku dapat ku maafkan penghinaan mertua dan ipar masih mampu ku tolerir. tapi penghianatan suami yang amat sangat ku sayangi tak mampu lagi ku tanggung. sungguh berat penderitaanku bertubi-tubi.

mampukah aku menghadapi setiap ujian yang ku dapatkan ini??

sanggupkah aku bangkit dari keterpurukan ini?

mampukah aku memafkan dan menerima dengan ikhlas penghianatan sumiku?

Tags

  • Tanggal diterbitkan
  • 23 Mei 2022
  • Kategori
  • Inspirasi
  • Status
  • Belum Selesai